KESENIAN BETAWI LENONG DENES
TUTUR KRISHANDOJO atau yang lebih sering dikenal TUTUR DENES, dia adalah seniman pelestari tonil betawi LENONG DENESdi kota Jakarta, yang telah berjuang untuk melestarikan tradisi dan seni budaya betawi.
INI PROFILE LENGKAP TENTANG PIMPINAN KAMI :
Nama Lengkap
: Tutur Krishandojo, S.Pd
Nama Panggilan : Tutur Denes
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 29 Mei 1968
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru Honorer
Nama Grup Kesenian : Grup Seni Tradisi Betawi KEMBANG BATAVIA
No HP. : 085752452608,
085778631902
Email :
tuturkrishandojo@gmail.com
Akun FB. : Tutur Denes
Alamat : Jl. Kampung
Beting, Kelurahan Tugu Utara no 37 Jakarta Utara.
Pusat Pelatihan (Workshop)
: Balai Latihan Kesenian Jakarta Utara (samping kantor walikota Jakarta
Utara)
Jenis kegiatan :
1.
Lenong Denes
2.
Lenong Jago
3.
Tari Betawi dan kreasi
4.
Marawis
5.
Palang Pintu
6.
Gambang Kromong
7.
Keroncong Betawi
8. Ondel-ondel
Sekilas
tentang seni tradisi Betawi LENONG dari KEMBANG BATAVIA
LENONG JAGO/PREMAN
Adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat
Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta/suku
Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik Gambang Kromong dengan
alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan
kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan
sukong. Lakon lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah,
membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong
adalah Bahasa Melayu (atau kini Bahasa Indonesia) yang telah mendapat serapan
menjadi bahasa percakapan orang Betawi.
Lenong jago/preman berkembang sejak akhir abad ke-19, atau
awal-awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi
oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti “Komedi Bangsawan” dan
“Teater Stambul” yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman
Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik
gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920.
Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa
plot cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk
dengan lakon panjang dan utuh.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen
dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung.
Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari
penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai
dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan
seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni
menjadi tontonan panggung.
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970
kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung
Taman Ismail Marzuki Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot
dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua
atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.
Selanjutnya, lenong jago/preman juga menjadi populer lewat
pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh TVRI mulai tahun
1970-an. Beberapa seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya
adalah H.Bokir, H.Nasir, Mpok Siti, danAnen.
Biasanya kisah yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya
adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan
munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan
tanah jahat.
Dan busana yang dikenakan dalam lenong jago/preman ini tidak
ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, saya selaku pelaku seni tradisi Betawi sering
sekali menampilkan grup kami KEMBANG BATAVIA dalam acara pentas-pentas lenong
jago/preman.
LENONG DENES/OPERA
LENONG
Lenong Denes/Opera Lenong adalah sandiwara tradisi kaum
Betawi yang umurnya lebih tua dari lenong jago/preman. Dia sudah hidup dan
berkembang sejak tahun 1800an di tanah Melayu. Bahkan ada sebagian para
peneliti mengatakan, masuknya jenis tontonan sandiwara Betawi ini sudah mulai dimainkan dan diperkenalkan oleh orang-orang Melayu yang
menetap di Sunda-Kelapa di masa Pangeran Jayakarta sekitar tahun 1600an. Sebab
menurut para ahli tersebut mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta adalah seorang
Panglima dari kerajaan Pasai (Bangsa Melayu).
Bentuk tontonan lenong denes sangat berbeda dengan bentuk
tontonan lenong jago/preman yang sering masyarakat kenal. Jika lenong
jago/preman lebih mengutamakan banyolan/lawakan serta kisah sehari-hari, maka
lenong denes ini/opera lenong lebih menekankan kepada tuntunan dan
petuah-petuah bijak yang dirangkai atau diangkat dari cerita-cerita
kebangsawanan dengan menggunakan bahasa Betawi Ningrat atau bahasa melayu
tinggi. Begitu juga dengan kostum yang digunakan sangat berbeda dengan kostum
lenong jago/preman. Jika lenong jago/preman menggunakan kostum sehari-hari
(karena mengangkat kisah sehari-hari), maka kalau lenong denes/opera lenong
menggunakan kostum resmi kebangsawanan(dinas) yang sangat glamour yang memang
sering digunakan oleh para bangsawan Melayu.
Jenis sandiwara
tradisi ini dahulu orang Betawi sering menyebutnya “Dermuluk” artinya, lakon
yang selalu menyuguhkan kisah-kisah Abdul Muluk (1001 Malam). Kalau di negeri
Melayu sendiri orang menyebutnya “Badulmuluk”.
Dalam sisi pemakaian alat musik, lenong denes/opera lenong
ini tak berbeda dengan lenong jago/preman. Sama-sama menggunakan
gambang-kromong sebagai musik pengiring pertunjukan, namun jenis lenong ini
alat musik gambang kromong lebih sebagai pengiring lagu yang akan ternyanyikan
oleh para pemain di saat adegan berlangsung sebagai pengganti dialog cerita.
Sementara kalau lenong jago/preman musik gambang kromong lebih kepada ilustrasi
adegan dan pengantar pergantian babak.
Memainkan sandiwara tradisi Betawi lenong denes/opera lenong
ini lebih sulit ketimbang kita memainkan lenong/jago preman, karena di dalam
lenong denes/opera lenong selain menggunakan improvisasi dialogh dengan bahasa
Melayu tinggi dengan pengungkapan dialogh diubah menjadi nyanyian, kostum yang
glamour (dinas/denes), juga alur cerita dan plot yang lebih menekankan
dramaturgi barat (Eropa). Oleh karena
itulah tak heran jenis sandiwara tradisi ini sempat punah di tanah Betawi (DKI
Jakarta) sejak tahun 1920 dimana seniman tradisi saat itu lebih mudah dan hemat
biaya untuk memainkan dan mengembangkan lenong jago/preman. Dan di tahun itu
pulalah lenong jago/preman mulai berkembang.
Nah, saya selaku putra Betawi telah menghidupkan kembali
Lenong Denes ini dengan sebuah grup KEMBANG BATAVIA Lenong Denes agar kaum
Betawi atau pemerintah DKI Jakarta dapat menginventarisirnya kembali sebagai
khasanah kekayaan seni budaya Betawi di DKI Jakarta yang telah hilang dari
kepunahannya.
Para artis KEMBANG BATAVIA
Iwan Bule
Syuting “Mak Ijah Mao Ke Mekkah”
Wakwaw..
Emak Kartini
Mak Kartini dan Mak Juki (Para Pencari Tuhan)
Emak Kartini di lokasi Syuting
Slamet
Slamet dan iwan Bule, dan anggota lain..
Mak Juki (Deliana Siahaan), Sinetron Para Pencari Tuhan
Iwan Bule & Bang Nacink
Tari Kreasi dan tradisi oleh grup KEMBANG BATAVIA
Gambang Kromong dari grup KEMBANG BATAVIA
Tanjidor dari grup KEMBANG BATAVIA
Keroncong Betawi dari grup KEMBANG BATAVIA
Grup Palang Pintu Kembang Batavia
Mau tahu bagaimana latihan untuk pementasan lenong denes .. ??
ikutin terus ya blog kita dan kalau penasaran datangi latihan kami setiap hari rabu dan sabtu jam 3 sore di GRJU tepatnya di BLK .. :)
Mau tahu lebih lanjut hubungi contac person dibawah.. Okehh :)
Email : Kembang.batavia@yahoo.co.id
contac person : 085752452608/-pimpinan Bang Tutur Denes
DAN BILA ANDA TERTARIK DENGAN KESENIAN BETAWI LENONG DENES KAMI SIAP UNTUK DITANGGAP DIACARA-ACARA ANDA.
New Wynn hotel in Las Vegas - jtmhub.com
BalasHapusThe Wynn Hotel in Las 전라남도 출장안마 Vegas 아산 출장안마 is located on the 창원 출장샵 top floor 밀양 출장마사지 of 안양 출장마사지 Wynn Las Vegas. The 4 star hotel reflects its location, while the 2,034-room hotel has a